Kalimat Sufi healing terbentuk dari dua buah kata yaitu sufi dan healing.  
- Kata sufi sendiri dirujuk pada pengertian seorang atau lebih, dari hamba Allah yang sedang berupaya atau mengupayakan orang lain untuk merasakan lezatnya berhubungan langsung dengan Tuhan. 
- Sementara healing, berasal dari kata ‘heal’ . Ada beberapa pengertian mengenai kata ’heal’ dalam bahasa inggris, yaitu: pertama, membuat utuh atau sempurna; memulihkan kesehatan; bebas dari penyakit. Kedua, menuju suatu akhir atau konklusi (misalnya konflik-konflik antar perseorangan, kelompok dan sebagainya, yang menyebabkan adanya pemulihan persahabatan akibat konflik tersebut); menerangkan; rekonsiliasi. Ketiga, bebas dari sifat-sifat buruk; membersihkan, memurnikan, keempat, akibat suatu obat.
Berdasarkan pemaknaan tersebut, dapat disimpulkan bahwa kata heal tidak terbatas pada suatu penyakit fisik, melainkan psikis dalam sebuah proses pengalaman yang panjang menuju kesempurnaan, atau paling tidak kembali seperti semula. Hal itu berarti bahwa segala sesuatu yang berupaya untuk kembali ke wujud, karakter, unsur aslinya mengharuskan suatu proses panjang yang berupa pengalaman. Proses tersebut harus dilakukan sendiri dan dari dalam diri sendiri dengan penuh kesungguhan, atau dengan kata lain, memaksimalkan potensi diri sendiri.

Salah satu nikmat Allah SWT yang paling penting bagi umat manusia dalam kehidupan ini adalah nikmat sehat, baik jasmani maupun rohani. Namun, disadari atau tidak, sering kali kenikmatan yang satu ini diabaikan, hingga datang waktunya sakit. Setelah rasa sakit itu diderita dan berbagai jenis obat telah dicoba tapi tak kunjung sembuh, barulah kesadaran akan keberadaan Allah SWT dirasa perlu. Anehnya, perasaan ingin selalu dekat dengan-Nya, demikian dirindukan, dan acap kali dzikir qalbi maupun qauli terucap dengan penuh pengharapan. Hal ini diakui oleh mayoritas peneliti, setelah melakukan kajian mengenai peran agama dalam kesehatan, bahwa ada pengaruh positif antara spiritualitas dengan kesehatan.
Dengan demikian, jelaslah bahwa pentingnya terapi sufistik dalam rangka menyembuhkan berbagai penyakit, baik fisik maupun psikis. Terutama kaitanya dengan penyakit fisik, terapi spiritual dapat dilakukan sebagai penunjang proses penyembuhan medis.  
TERAPI DZIKIR DAN MODEL-MODELNYA

Asal kata dzikir dari kata dzakara, yadzkuru, dzikran, yang berarti mengingat. Pengertian ini menurunkan makna terminologinya menjadi ingat kepada Allah dengan menghayati kehadiran-Nya, ke-Maha-Sucian-Nya, ke-Maha-Terpuji-Nya, dan ke-Maha-Besaran-Nya. Sehingga dzikir menjadi sikap batin yang bisa diungkapkan melalui ucapan tahlil, tasbih, dan tahmid.
Zikir merupakan nafas dalam kehidupan tasawuf, Ibnu Atha’illah As-Sakandari, membagi zikir menjadi tiga bagian, yaitu dzikir jali (nyata, jelas), dzikir khafi (dzikir yang samar-samar), dan dzikir haqiqi (zikir yang sebenar-benarnya). Dzikir jali adalah suatu perbuatan mengingat Allah SWT dalam bentuk ucapan lisan yang mengandung arti pujian rasa syukur, dan doa kepada Allah SWT yang lebih menampakkan suara yang jelas untuk menuntun gerak hati. Dzikir khafi adalah dzikir yang dilakukan secara khusyu’ oleh ingatan hati, baik disertai dzikir lisan ataupun tidak. Sedangkan dzikir haqiqi, adalah tingkat dzikir yang paling tinggi, yang dilakukan oleh seluruh jiwa raga, lahiriah dan batiniah, kapan dan dimana saja, dengan memperketat upaya untuk memelihara seluruh jiwa raga dari larangan Allah dan mengerjakan apa yang diperintahkan-Nya.
Ada beberapa cara berzikir, yaitu dzikir dzahir (suara keras), dzikir sirr (suara hati), dzikir ruh (suara ruh / sikap zikir), dzikir fi’ly (aktifitas), zikir afirmasi, zikir pernafasan, zikir model terakhir yang banyak bermanfaat untuk proses penyembuhan penyakit fisik.   

TERAPI DO’A
Kata doa, menurut bahasa artinya permohonan atau panggilan. Sedangkan menurut istilah syar’i, berarti meminta pertolongan kepada Allah SWT, beerlindung kepada-Nya dan memanggil-Nya, demi mendapatkan manfaat atau kebaikan dan menolak gangguan atau bala. Kata ini diterjemahkan dari bahasa arab yang berarti permohonan atau permintaan, sehingga secara spesifik menurut istilah islam, doa berarti permohonan manusia kepada Allah dengan penuh pengharapan agar tercapai segala sesuatu yang diinginkanya dan terhindar dari segala perkara yang ditakuti dan tidak diinginkanya. 
Terapi Doa bukanlah hanya pelengkap dalam ibadah. Tetapi terapi doa adalah ibadah itu sendiri seperti halnya terapi dzikir. Karena sebenarnya terapi doa ada dalam setiap ibadah. Contoh yang paling sederhana adalah bacaan Al Fatihah yang ada dalam setiap rakaat dalam bacaan shalat fardhu maupun sunnah berisikan doa, yaitu memohon untuk ditunjukkan jalan yang lurus, jalan yang di ridhoi Allah. Pada saat duduk antara dua sujud pun berisikan bacaan doa. Jadi doa itu adalah ibadah.

 TERAPI TAUBAT
Taubat adalah kembali dari perbuatan maksiat menuju ketaatan kepada Allah SWT. Dalam pandangan Islam taubat bukanlah perkara yang susah dan menyulitkan, sehingga membutuhkan biaya yang tinggi atau tenaga yang besar. Sebaliknya, taubat merupakan perkara yang sangat mudah, ia senantiasa terbuka setiap saat bagi siapa saja yang ingin bertaubat dari kesalahan yang telah diperbuat.
Hal-hal berikut ini akan lahir dari kedurhakaan dan kelalaian untuk berdzikir kepada Allah, seperti tanaman yang ditumbuhkan karena air dan kebakaran yang berasal dari api : hidayah menipis, cara pandang tidak benar, kebenaran tertutup, hati rusak, dzikir melemah, waktu terbuang sia-sia, hati jauh dari Allah, hubungan antara hamba dengan Rabb-nya tidak akrab, doa tak didengar, hati mengeras, berkah pada rejeki dan usia dihapuskan, kesulitan mendapatkan ilmu, adanya kehinaan, penghinaan oleh musuh, dada menjadi sesak, ujian dengan teman-teman yang bermoral bejat, merusak hati, kegundahan yang tak pernah berhenti, kehidupan yang sengsara, dan perasaan yang perih. Sedangkan hal-hal yang merupakan kebalikan dari semua itu terlahir dari ketaatan. Sedangkan dampak dari istighfar dalam mengusir keresahan, kegundahan, dan kesempitan telah sama-sama diketahui oleh para ahli agama dan orang-orang pandai dalam setiap umat. Kedurhakaan dan kerusakan akan menyebabkan keresahan, kegundahan, rasa takut, rasa sedih, kesesakan di dalam dada, serta berbagai penyakit hati yang lain. Setelah melakukan kedurhakaan dan jiwa mereka sudah bosan dengan kedurhakaan itu, maka mereka akan kembali melakukan perbuatan dosa sebagai pelampiasan untuk menghilangkan kesempitan, keresahan, dan kegundahan yang ada di dalam dada mereka. Menghapuskan pikiran di dalam jiwa dengan melakukan kedurhakaan yang telah menyebabkan beban pikiran sebelumnya adalah dampak yang ditimbulkan dari dosa-dosa dan maksiat yang ada di dalam hati. Karenanya, cara yang paling ampuh untuk mengurangi beban pikiran itu hanyalah taubat dan istighfar.
   Sebagian besar orang menyangka bahwa istighfar dan taubat hanyalah cukup dengan lisan semata. Sebagian mereka mengucapkan, “Aku memohon ampunan kepada Allah dan bertaubat ke-padaNya”. Tetapi kalimat-kalimat di atas tidak membekas di dalam hati, juga tidak berpengaruh dalam perbuatan anggota badan. Sesungguhnya istighfar dan taubat jenis ini adalah perbuatan orang-orang dusta. Imam Ar-Raghib Al-Ashfahani menerangkan: “Dalam istilah syara’, taubat adalah meninggalkan dosa karena ke-burukannya, menyesali dosa yang telah dilakukan, berke-inginan kuat untuk tidak mengulanginya dan berusaha mela-kukan apa yang bisa diulangi (diganti). Jika keempat hal itu telah terpenuhi berarti syarat taubatnya telah sempurna.
Imam An-Nawawi dengan redaksionalnya sendiri menje-laskan: “Para ulama berkata, ‘Bertaubat dari setiap dosa hu-kumnya adalah wajib. Jika maksiat (dosa) itu antara hamba dengan Allah, yang tidak ada sangkut pautnya dengan hak manusia maka syaratnya ada tiga. Pertama, hendaknya ia menjauhi maksiat tersebut. Kedua, ia harus menyesali per-buatan (maksiat)nya. Ketiga, ia harus berkeinginan untuk tidak mengulanginya lagi. Jika salah satunya hilang, maka taubatnya tidak sah.

TERAPI OLAH PIKIRAN DAN OLAH RASA

Apapun yang anda lihat dialam semesta melihat kita. Apapun sikap, perasaan, pikiran, dan keinginan yang kita utarakan, tidak peduli apakah itu positif atau negatif, akan kembali pada kita. Karena semua hal dialam pada dasarnya tersusun atas kuantum yang memiliki pola getaran atau frekuensi tertentu. Pikiran, perasaan, tindakan, kemauan dan segala bentuk emosi kita memiliki frekuensi tertentu, sehingga apa yang kita “pancarkan” akan ditangkap oleh mereka yang berada disekitar kita. Dengan kata lain apa yang terjadi pada kita, adalah cerminan dari isi pikiran kita.
Perasaan, pikiran, kepercayaan dan semua tindakankita, semua tersusun dari energi yang memiliki frekuensi tertentu. Getaran ini kemudian menarik hal lain yang memiliki frekuensi yang sama untuk bergabung. Sehingga semua yang kita pikirkan, rasakan, percayai dan lakukan tadi akhirnya kembali lagi ke kita dan membentuk realitas hidup kita sesuai dengan yang kita pikirkan sendiri. Kita bisa menarik hal-hal, kejadian-kejadian dan orang-orang tertentu dalam kehidupan kita. Energi energi atau frekuensi negatif menarik semua yang memiliki energi negatif, sebaliknya energi positif menarik semua energi positif pula.
Jadi kehidupan kita bisa kita bentuk sendiri, dengan lebih dahulu membentuk sumber energi didalam diri kita sendiri agar sesuai dengan hasil yang kita harapkan diluarnya. Dunia atau kehidupan anda adalah sebuah cermin besar yang memantulkan kembali gambaran diri anda yang sebenarnya. Bila anda adalah seorang penyayang, suka menolong, ramah, suka memberi, maka dunia juga akan ramah, menyayangi dan selalu menyediakanpertolongan bila anda memerlukan bantuan.
Bila persaan kita dipenuhi dengan kegembiraan dan rasa syukur, maka emosi kita akan memancarkan vibrasi frekuensi tinggi yang menarik hanya hal-hal yang baik untuk kita, yang mempunyai frekuensi tinggi juga sesuai dengan apa yang telah kita pancarkan. Sebaliknya, jika kita memancarkan frekuensi rendah selain kegembiraan, yang antara adalah kecemasan, ketakutan, rasa bersalah, atau bahkan hanya sedikit saja kekhawatiran, emosi-emosi tersebut akan memancarkan frekuensi rendah. Sama seperti frekuensi tinggi, frekuensi rendah akan mendapatkan balasan yang setara, yaitu frekuensi rendah pula untuk kita.
TERAPI KEYAKINAN DAN SEMANGAT DIRI
Ø  Keyakinan adalah suatu sikap yang ditunjukkan oleh manusia saat ia merasa cukup tahu dan menyimpulkan bahwa dirinya telah mencapai kebenaran.Karena keyakinan merupakan suatu sikap, maka keyakinan seseorang tidak selalu benar atau, keyakinan semata bukanlah jaminan kebenaran.
Contoh: Pada suatu masa, manusia pernah meyakini bahwa bumi merupakan pusat tata surya, belakangan disadari bahwa keyakinan itu keliru.
Ø  Semangat adalah roh kehidupan yg menjiwai segala makhluk, baik hidup maupun mati (menurut kepercayaan orang dulu dapat memberi kekuatan): seorang dukun di desanya dapat memanggil.
TERAPI SHALAWAT
Cinta rasul, adalah syarat mutlak seseorang dikatakan muslim atau mukmin. Ketika menyebut Allah dalam syahadat, tak ketinggalan nama Muhammad pun harus disebut. Mukmin kepada Rasul-Nya, Allah SWT memerintahkan kita agar selalu bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW (QS: Al-Ahzab:56)
Memang, tidak diberikan tuntunan resmi tentang ekspresi kecintaan seorang mukmin kepada rasulnya. Oleh karenanya, para sahabat sendiri, dalam mengekspresikan cintanya kepada Rasulullah SAW, demikian beragam. Abu bakar Shiddiq, rela menjadi pengganti Rasulullah untuk tidur untuk mengelabui kafir quraisy yang mengejar beliau, dan ketika peristiwa isra’ dan mi’raj, yang dianggap mustahil bagi semua orang, Abu bakarlah yang pertama kali meyakini kebenaranya, sehingga ia dikenal dengan julukan as-shiddiq (yang membenarkan). Umar bi khattab, sampai-sampai mengumpulkan keringat rasul kedalam botol untuk mendapatkan berkah, dan sampai saat ini masih banyak orang yang begitu menjunjung tinggi keluarga beliau.
Bagi kita yang tidak pernah bertemu dengan Rasulullah, kecintaan kita dapat diwujudkan dengan bershalawat kepadanya. Ketika belum lengkap tanpa didahului dengan bershalawat. Kekuatan doa, mampu mewujudkan segalanya. Oleh karenanya, kekuatan shalawat adalah kekuatan yang luar biasa, sebagai bentuk cinta kita kepada Rasulullah SAW.

TERAPI SHALAT JASMANIYAH DAN RUHANIYAH

Shalat ialah “ucapan dan perbuatan yang diawali dengan takbirat al-ihram dan diakhiri salam dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.” Shalat diwajibkan kepada semua orang islam yang mukallaf (baligh dan berakal) dan suci, sehari semalam lima kali.
Sebelum menunaikanya harus mengetahui beberapa syarat-syaratnya terlebih dahulu, setelah syarat-syarat terpenuhi, maka bolehlah seseorang menjalankan shalat secara sempurna, yakni menjalankan semua rukun dan kesunnatan-kesunnatanya.
Apabila shalat diibaratkan dengan manusia, maka shalat adalah masih merupakan jasad/fisik shalat, belum mempunyai jiwa. Jasad tanpa disertai jiwa tidak mempunyai arti. Oleh karena itu, maka sedapat mungkin kita berusaha menghidupkanya dengan jalan memasukkan jiwa shalat.
Ada dua macam jiwa shalat, yaitu ikhlash dan khusyu’. Ikhlas dalam baasa arab berarti memurnikan niat semata-mata karena Allah. Artinya, didalam melaksanakan shalat harus benar-benar didorong oleh hati suci, tidak tercampur dengan motif dan dorongan yang lain. Misalnya shalat tidak karena ingin dipuji orang. Tidak dimarahi orang tua dan sebagainya.
Khusyu’ bisa diartikan konsentrasi dan menghayati apa yang sedang dilakukan dan diucapkan. Dalam shalat harus selalu di sertai khusyu’ ini. Umpamanya pada waktu mengucapkan takbir “allahu akbar”, hati memahami dan menghayati sepenuhnya, bahwa Allah Maha Besar. Pada waktu sujud juga demikian, mengakui kelemahan dirinya dan mengakui kebesaran-Nya dan sebagainya.
MERASAKAN IBADAH
Ibadah adalah jika seseorang menghambakan diri terhadap yang lain, ia akan mengikuti, mengagungkan, memuliakan, mematuhi, dan tunduk.
 Ibadah dibagi menjadi 2 yaitu:
-          Mahdzoh
Ibadah yang ditentukan bentuk; ketentuan; dan pelaksanaanya.
-          Ghoiru mahdzoh
Adalah semua perbuatan yang mendatangkan kebaikan dan dilaksanaka dengan niat semata-semata karena Allah.